Wednesday, September 06, 2006

Menjadi Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil
balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak
final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil
mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah
peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk
dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah
yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk
berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan
sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua,
sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan.
Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai.
Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan
tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata,

"Ya, aku siap!".

Dor! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong
mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat.

Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing.
"Ayo..ayo..cepat..cepat..maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang
pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai.

Dan, Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
berucap,dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala
itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa
kepada Allah agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu
yang aku panjatkan" kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah untuk
menolongmu mengalahkan orang lain. Aku, hanya bermohon pada Allah, supaya
aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah
gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua.

Mark tidaklah bermohon pada Allah untuk menang dalam setiap ujian. Mark
tidak memohon Allah untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin
diraihnya. Anak itu juga tak meminta Allah mengabulkan semua harapannya.

Ia tidak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark
bermohon pada Allah, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua.
Ia berdoa,agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa
bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Allah untuk
mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Allah
untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang
dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Allah, untuk menghalau
setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang
kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita,
sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.

Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak
adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Allah memberikan
kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah
menyerah. Sesungguhnya, Allah sedang menguji setiap hamba-Nya yang saleh.

0 comments:

 

Home | Blogging Tips | Blogspot HTML | Make Money | Payment | PTC Review

Bergerak Berkali-Kali coz Mati hanya sekali!! © Template Design by Herro | Publisher : Templatemu