Wednesday, September 05, 2007

Revitalisasi Generasi Muda Islam Ditengah Arus Kapitalisme Global

Petikan monumental yang keluar dari lisan mulia Muhammad SAW sosok belia, 14 abad yang lalu penuh semangat dan kesadaran tinggi bagi sebuah cita-cita yang mulia yakni tegaknya kehidupan Islam yang terpancang panji-panji Islam penuh kemegahan. Potret pemuda yang menjadikan loyalitas hidupnya semata untuk Islam dan umat Islam. Sosok pemuda seperti inilah yang sekarang sedang ditunggu oleh umat sebagai penoreh masa depan Islam sekaligus meruntuhkan kesombongan sekaligus kebobrokan rezim kapitalisme global sekarang ini. Lebih dari itu surga Allah merindukan kehadiran mereka. Meminjam istilahnya sheila on seven seberapa pantas generasi muda khususnya mahasiswa sekarang menyandang predikat sebagai generasi penerus masa depan ??

mencari ilmu. Setuju Sobat? But..yang terlanjur biarlah berlalu terpenting sekarang bagaimana kedepan lebih baik. Jangan bersedih tetap senyum kita simak tulisan ini dan terimalah salam hangat saya selamat datang mahasiswa baru ! (eit.....kenalannya nanti aja ya)

Karakter Pemuda
Tidak ada sejarah kehidupan umat ini tanpa pemuda. Sejarah mencatat pemuda memiliki peran penting dalam keikutsertaanya dalam membidani serta membangun sebuah arah peradaban didunia ini. Berbagai peristiwa besar didunia ditoreh oleh keringat dan darah pemuda. Logika ini muncul memang karena demikinalah karakter dasar pada diri pemuda. Coba lihat Revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki digerakkan pemuda. Lapangan Tiananmen Cina menjadi saksi bisu bagaimana keberanian bagaimana seorang pemuda berani menyongsong desingan perlu cita-cita demokratisasi yang dicita-citakan. Bahkan foto yang merekam keberanian seorang pemuda pro-demokrasi menyongsong iringan tank menjadi foto jurnalistik terbaik ketika itu. Para pengikut utama Stalin dan Lenin-actor utama komunis- diawal kemenangan komunisme di Rusia kebanyakan adalah para pemuda. Pasca reformasi secara sporadis bermunculan mahasiswa yang lagi gandrung dengan ide sosial demokrat, bahkan disinyalemen mulai meradang diberbagai ruang-ruang kamar pondok pesantren. Bagi arek Suraboyo pasti mengenal Bung Tomo hanya dengan pekikan Allahu Akbar berhasil memompa semangat ’45 arek Suraboyo memukul mundur sekutu saat itu hingga diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Cosmas Batubara, Akbar Tanjung semasa mudanya sempat mengenyam sebagai “aktivis trotoar” alias demonstran dijamannya. Masih hangat ingatan sorotan dunia internasional ribuan mahasiswa dengan berbagai atributnya menduduki gedung MPR di Jakarta tahun 1998 menggulingkan rezim orde baru. Mahasiswa tahun-tahun terakhir layaknya selebritis mengisi berita televisi dengan aksi menentang setiap kebijakan pemerintah yang tidak bijak.
Nah setelah kita dihadapkan sederatan fenomena diatas nampak jelas mewakili geliat pemuda. Secara fitrah pemuda merupakan jenjang kehidupan yang optimal serat dengan potensi yang terkandung dalam dirinya. Pertama, kekuatan fisik. Ditinjau dari kondisi ini pemuda memiliki kekuatan fisik yang lebih dibanding generasi diatasnya. Kedua, Emosional. Menurut Mbak Ninik Handayani, S.Psi. pemuda lebih memiliki emosional yang luar biasa peka. Dalam pandangan psikologis setelah lepas fase pubertas (17-18 tahun) memasuki fase Andoselen(19-21 tahun) memiliki tingkat emosional meningkat. Kacamata psikoseksual usia-usia ini secara sexualitas mulai menunjukkan signifikansinya ditandai dengan meningkatnya hormon sexual baik laki-laki maupun wanita yang lebih dikenal dengan dengan fase genital sehingga terjadi perubahan fisik dan psikis. Akibatnya banyak sederetan korban pelanggaran sexual terjadi di dunia muda ketika mereka tidak mampu membendung birahinya dengan kekuatan iman yang kuat. Ketiga, Daya Intelektual. Kematangan intelektual lebih nampak pada usia muda apalagi bagi mereka yang sudah kenyang “makan sekolah tinggi” di kampus, setiap harinya berkutat pada ilmu-ilmu dan atmosfer ilmiyah mau tidak mau daya intelektual diasah. Keempat, Idealisme. Generasi muda adalah waktu yang tepat mengaktualisasikan idealisme diri. Senantiasa memperjuangkan serta berpegang teguh sesuatu yang dianggapnya benar, walau terkadang melanggar batas Islam.
Namun demikian sobat, bukan berarti seabrek potensi yang dimiliki pemuda musti otomatis menghantarkan pada keberhasilan atau prestasi hidup yang cemerlang di dunia ini. Buah simalakama memang bisa baik dan buruk tergantung pemuda yang mengendalikan potensi tersebut sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia atau tidak. Dalam perjalanannya banyak ditemukan dampak negatif pada empunya.
Kang Hari Mukti (mantan rocker) yang sekarang jadi mubaligh terkenal dalam bukunya Generasi Muda Islam Dari Masalah Putaw Sampai Sekulerisme (1998), membagi 4 kelompok mahasiswa sebagai basis generasi muda sebagai berikut:
Kelompok pertama adalah mereka yang tidak puas dengan kondisi sekarang, lalu melakukan berbagai aktivitas perubahan. Mereka melihat bahwa sistem kehidupan yang berlaku sekarang hanya melahirkan penderitaan yang berkepanjangan. Akan tetapi arah perjuangan mereka tetap dalam format kapitalisme maupun sosialisme. Ide-ide demokrasi, HAM, pluralisme, humanisme menjadi inti dari halauan politik mereka. Fakta pertama ini banyak kita dapati seperti aktivis-aktivis sekarang ini. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan Islam.
Kelompok kedua adalah mereka yang cuek terhadap kondisi masyarakat. Sistem kehidupan kapitalistik telah mencetak pribadi individualistik seperti ini. Kebanyakan mereka hanya studi oriented.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang dapat dikatakan terbius dan terjerat dalam bejatnya kehidupan. Mereka hidup hedonistik, permisivistik menjadikan musik, hiburan, narkoba, sex bebas adalah kehidupan mereka.
Kelompok keempat adalah kelompok mahasiswa yang peduli terhadap kondisi umat dan sadar akan kerusakan masyarakat karena akibat tidak diterapkannya aturan islam dalam kehidupan. Dengan berbekal pemahaman tsaqofah islam dan ideologi islam yang jernih selain studi mereka juga berjuang dengan berdakwah menyeru umat kembali bersama-sama mengembalikan kehidupan Islam. Diharapakan kita adalah menempati posisi keempat ini.

“Raport Merah” Generasi Muda
“Darah muda darahnya para remaja............” begitu Bung Rhoma Irama mengilustrasikan gejolak remaja. Subbhanul Yaum Rijaalul Ghad yang berarti pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Seperti apa gambaran bangsa ini 30 tahun kedepan tergantung pemudanya sekarang. Bila pemuda sekarang adalah generasi yang suka teler ber funky ria menjual diri maka jangan heran 30 tahun nanti ditemui pemimpin bangsa yang teler dan suka menjual aset-aset negara ke negara asing untuk kepentingan dirinya sendiri ditengah kelaparan rakyatya. Ichh…memalukan! Bukan hanya kasus peledakan bom di Legian Bali atau Hotel JW. Marriot yang memakan banyak korban saja yang telah mencoreng wajah bangsa ini. Namun hancurnya moral anak bangsa ini sebagian besar generasi belia memperparah sederatan penderitaan bangsa. Kalaulah sebuah bangunan hancur terkena ledakan bom kita masih dapat membangun dengan mudah dalam waktu relatif cepat. Namun hancurnya tatanan kehidupan generasi muda sangatlah tragis. Ditangan merekalah nasib bagsa ini. Merekalah aset bangsa ini yang berharga. Pekerjaan itu butuh waktu, tenaga, pikiran, kesadaran bersama. Itupun kalu berhasil. Bagaimana kalau gagal???
Hampir setiap hari menghiasi tajuk media massa dan elektronik betapa menghebohkannya tingkah polah mereka. Mulai dari tawuran, pemakai narkotika dan obat terlarang, free sex, aborsi, mode pakaian ketat, kriminal pembunuhan dan masih segudang masalah.
Dalam dunia ngesex bebas, dilaporkan Perkumpulan Keluarga Besar Indonesia (PKBI) bahwa setiap tahunnya ada 800.000 – 1.000.000 aborsi. Sekitar 89 % berasal dari pasangan menikah dan 11 % belum menika, dimana 51 %-nya dilakukan oleh wanita usia 20-29 tahun. Perkembangan kasus aborsi terus meningkat drastis tahun 2000 aborsi di Indonesia sudah mencapai angka 2,3 juta pertahun (Republika, Agustus 2000). Coba dihitung berarti ada 3561 remaja/hari aborsi, 148 remaja/jam aborsi, dan 2 remaja/menit aborsi. Tragis!! Tidak mau kalah dr. Boyke juga unjuk data, mengungkapkan bahwa 35 % dari mahasiswa kedokteran sebuah PTS setuju dengan sex pranikah. Sementara PKBI melaporkan juga 75 % remaja yang disurvei di Lampung pernah melakukan sex pranikah. Penjaja cinta banyak ditemukan dikota-kota besar adalah remaja. Remaja yang mengunjungi diskotik di Surabaya sebanyak 30,5 %-nya penjaja cinta, di Bandung 33 %, di Jakarta 33,3 % dan Yogyakarta 31,2 % (Jendela Profesional/002/99). Satu bulan sebelum hebohnya ledakan WTC, Bandung juga dihebohkan dengan dua mahasiswa dan mahasiswi yang terekam dalam sebuah VCD porno “itenas 15” sekitar Agustus 2001 (ich.....kacihan dech loe). Yayasan Pelita Ilmu tentang penelitian terhadap ABG didaerah Blok M, yang memperlihatkan 7,5 % diantara mereka adalah pecandu narkoba dan 12,3 % lainnya terlibat sex bebas (Media Indonesia, 30 November 1999). Survey yang dilakukan Lembaga Studi Kemanusian dan Humaniora (LSC PUSBIH) menunjukkan hasil bahwa 75 % mahasiswi Jogja sudah kehilangan virginitas (keperawanan) (lihat; www.detik.com). Menyusul kembali Bandung sebuah polling yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menyebutkan bahwa 44,8 % mahasiswa dan remaja Bandung telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Tragisnya, tempat yang digunakan untuk melakukan seks hampir sebagian besar berada di wilayah kos-kosan (51,5 %) bagi mahasiswa yang kuliah di PTN dan PTS terbesar di Bandung (www.eramuslim.com). Nah tidak mau ketinggalan sobatnya di Jogja dan Bandung di kota ngera ngalam meniru hal serupa akhirnya aktifitas dugem dan free sex mahasiswa mahasiswi semarak dikost-kostan dan kontrakan sudah bukan tontonan tabu lagi (Jawa Pos, Radar Malang,8-10 Oktober 2002).
Begitu halnya dengan tawuran bagaikan film action berseri. Satu episode selesai episode berikutnya dimulai. Tiap bulan dua nyawa melayang sia-sia. Angka ini berdasarkan jumlah korban tawuran antar pelajar di DKI sejak bulan Januari-Juli 1999, yang dikeluarkan pusat pengendalian gangguan sosial (Pusdalgangos) Pemda DKI. Masih menurut Pusdalgangos DKI sebanyak 13 orang tewas, 105 menderita luka-luka, dan 117 ditangkap petugas selama Januari-Juli 1999 (Media Indonesia, 4 Agustus 1999). Direkam oleh Direktorat Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitarnya menujukkan bahwa tawuran antar pelajar tahun 2000 ada 197 kasus dan tahun 2001 ada 123 kasus. Pelajar tewas tahun 2000 tercatat 28 orang dan tahun 2001 sebanyak 23 orang. Sedangkan pelajar yang luka berat pada tahun 2000 ada 200 orang dan tahun 2001 ada 32 orang (Kompas, Minggu 12/05/02).
Dalam dunia busana dan mode khususnya kaum hawa tidak mau ketinggalan dengan artis-artis dunia dalam bersulam karir. Baju ketat (maaf..dengan puser kelihatan), rok mini, mode rambut norak, parfum menyengat hidung menjadi assesoris wajib para funcker dikalangan remaja putri. Bagaimana tidak mengundang nafsu para lelaki hidung belang dengan dandanan seperti itu. Mereka sadar atau tidak telah menjadi alat pemuas nafsu lawan jenisnya (sst… sesama jenis juga lagi ich…amit-amit). Terbukti dari koresponden 410 dari jajaran pelajar SMU/SMK dan PT tentang berbagai alasan mengikuti trend mode 59,3 % karena mengikuti trend dan 40,7 % menjawab tidak. Menagapa mereka mengikuti trend? Sebanyak 92,2 % biar dianggap gaul, 6,9 % Asik aja lagi.., dan biar tampil beda (lihat; Jawa Pos, Deteksi, 2/12/2000). Dikampus-kampus menjadi pemandangan yang sudah biasa mahasiswi-mahasiswi dengan bangganya pakai baju adeknya menonjolkan sesuatu yang tidak pantas ditonjolkan tanpa rasa malu bahkan tersirat senyum bangga dengan tampil seronok seperti itu. Hiii..
Sederatan raport merah generasi muda kita membuat sedih berbagai praktisi hukum maupun pendidikan. Ada apa dibalik semua itu??

Pil Pahit Sekulerisme
Sederetan problem generasi muda bila ditinjau secara mengakar dalam kacamata ideologis tidak bisa dilepaskan sebagai konsekuensi logis bangsa menelan pil sekuler dalam mengobati krisis bangsa. Bukannya kesembuhan namun semakin memperparah krisis. Apa itu sekulerisme? Sekulerisme oleh Muhammad Qutb (1986) dalam bukunya Ancaman Sekulerisme, diartikan iqomatu al-hayati ‘ala ghairi asasin mina al-dini, atau membangun struktur kehidupan diatas landasan selain islam. Sementara Syeikh Taqiyyudin An-Nabhani (1953) dalam kitabnya Nidzamu al-islam.., menjelaskan sekulerisme sebagai fashlu al-din ani al-hayah atau memisahkan agama(Islam) dari kehidupan. Sekulerisme muncul saat masa kegelapan Eropa perdebatan antara gerejawan (pengauasa) dan cendikiawan membuat kesepakatan jalan tengah, agama (dalam pemahaman mereka Yahudi) hanya boleh mengatur dalam wiliyah private dalam gereja. Sedangkan urusan publik/kehidupan diatur berdasarkan akal pikiran mereka sendiri atau steril dari agama. Sekulkerisme ini meruapakan aqidah dari ideologi kapitalisme. Dari sinilah dibangun struktur kehidupan berdasarkan asas sekulerisme.
Sekulerisme inilah yang telah merasuk dan merusak pola fikir generasi muda secara tidak sengaja. Aqidah Islam sudah tidak lagi menjadi sebagai standar berfikir (qo’idah fikriyah) sekaligus pemimpin berfikir (qiyadah fikriyah) mereka. Agama -seperti halnya di fahami orat barat-hanya tinggal ibadah ritual belaka selebihnya se enak perutnya sendiri tanpa aturan agama(Islam).
Dalam perjalan sejarah yang panjang negara kapitalime –AS dan sekutunya- terus melakukan internasionalisasi penyebaran ide ini kesuluruh negeri kaum muslimin dengan berbagai sarana dan jargon globalisasinya. Dibalik jubah kecanggihan teknologi AS sebagai negara sekuler dunia menyebarkan virus berbahaya ini. Akhirnya gaya hidup sekulerisme betul-betul telah melekat pada diri kaum muslimin khususnya generasi muslim sembari secara suka rela mencabut aqidah islam dari dalam diri mereka. Hilanglah kebanggan mereka terhadap gaya hidup Islam dalam kehidupan sehari-hari. Generasi Islam telah menjadi generasi terbaratkan. Seakan-akan mereka seperti bebek yang tunduk pada induknya. Apa yang datang dari barat ditelan mentah-mentah tanpa reserve sedikitpun. Gaya hidup barat dianggap baik dan berjasa dalam merubah gaya hidup menjadi lebih modern.
John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam bukunya Megatrends 2000, berdasarkan gejala sekarang terjadinya globalisasi (kesamaan hidup) diabad-abad mendatang kita telah merasakannya dalam 3 F : food, fun, fashion (makanan, hiburan dan mode). Kenyataan inilah yang telah diusung barat ke negeri kaum muslimin untuk melemahkan generasi muda.
Food. Orang tidak lagi makan hanya dari daerahnya saja. Banyak makanan disajikan secara sama diseluruh dunia. Mc Donald dimakan penduduk Chicago maupun Ciputat. Coca Cola diminum orang Tokyo juga Tanggerang. Makanan seperti itu juga akan menentukan status sosial kita. Pemuda berani mengejar gengsi ama si doi untuk mengajak makan di Mc Donald walau harus rela ngutang.
Fun. Hiburan sudah menjadi bisnis internasional. Film dan sinetron yang banyak menampilkan adegan hot para selebitis sudah menjadi “lalapan” tontonan setiap hari dirumah kita. Orang bilang tontonan sudah menjadi tuntunan. Tuntunan jadi tontonan. Artis sudah menjadi guru-guru private setia menemani kita dirumah. Seluruh segmen umur terkena imbas hiburan TV mulai anak-anak hingga dewasa bahkan orang tua. Iklan-iklan lebih kita hafal fari pada surat-surat pendek Al-Qur’an. Adik kita lebih kenal sinchan ketimbang Umar bin Khathab. Wajar bila orang tua pada ribut lihat anaknya nakal kaya’ sinchan.
Fashion. Milan, Paris dan New York adalah sebagian kota-kota yang menentukan perkembangan busana dunia yang dijadikan trend setter mode. Mode terbaru di Paris hari ini diluncurkan satu dua hari berikutnya Mbak Mimin di Malang sudah dapat memakainya hanya dengan membeli di Pasar Besar. Mulai mode blacklesst dengan tipe baju berkrah baju V yang panjang sampai tipe mulees ( masuk angin kali karena pusernya kelihatan...he..he). Majalah mode menjadi koleksi wajib pemudi gaul yang gak mau ketinggalan info mode. Wal hasil mereka lebih percaya diri dandanan kayak gitu ketimbang berkerudung dan berjilbab.
Nah Sobat Muslim. Sudah saatnya kamu-kamu semua kudu berfikir ulang tentang format kehidupan sekuler yang hanya membuahkan sederatan problem hidup kamu yang amburadul. Tiba waktunya kamu bertindak mengembalikan eksistensi penciptaan kamu didunia. Sudahkah kamu berfikir. Dari mana kamu diciptakan? Mengapa kamu hidup didunia? Apakah untuk hura-hura atau untuk sebuah maksud mulia? Trus mau kemana setelah hidup ini berakhir? Pertanyaan besar inilah yang harus dijawab dengan tuntas untuk kemudian dijadikan sebagai landasan hidup. Landasan tersebut akan dibangun pemikiran cabang diatasnya sebagai solusi hidup didunia. Landasan itulah aqidah yang musti kamu raih dalam hidup ini.

Kiprah Pemuda Islam Dalam Lintasan Sejarah.
Peradaban Islam telah berjasa besar melahirkan generasi-generasi muda tangguh yang telah ditulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Generasi ini merupakan peletak sekaligus pengusung peradaban Islam. Tiada generasi segemilang sahabat bahkan Allah SWT. ridlo terhadap mereka. Pemuda ashaab al-kahfi adalah tujuh pemuda beriman yang hidup ditengah komunitas sosial yang buruk yang menyimpang dari tuntunan Allah SWT. Pemuda kahfi bukan tipe pemuda pengekor budaya jahiliyah yang berkembang saat itu (lihat QS 18;14-15). Pemuda Ibrahim dengan teguh menentang keras kebiasaan kaumnya yang menyembah berhala-berhala sebagai sesembahan saat itu. Akhirnya pemuda Ibrahim berani menghancurkan berhala-berhala dengan menyisakan satu berhala yang paling besar (lihat QS. Al-Anbiya’ : 58,60,65 ; Asy-Syu’ara : 72, 77)
Tidak kalah hebatnya pemuda diawal dakwah Islam telah lahir melalui binaan Rasulullah SAW. Pengikut Rasulullah pertama kali diangkat sebagai rasul umur empat puluh tahun adalah sebagian besar dari pemuda bahkan ada yang anak-anak. Mereka semua dibina di Daarul Arqam dengan pembinaan murakazah (intensif). Diantaranya adalah Ali bin Abi Thali dan Zubair bin Awwam yang paling muda , keduanya ketika itu berusia 8 tahun. Thalhah bin Ubaidillah (110, Arqam bin Abi Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14) kelak menjadi ahli tafsir terkemuka, Sa’ad bin abi Waqash (17) kelak menjadi panglima perang menundukkan Persia, Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Ustman bib Affab (20) Mush;ab bin Umair (24) kelak menjadi duta pertama Rosul ke Yastrib/Madinah,Umar bin Khathab (26), Abu Ubaidah ibnul Jarah (27), Bilal bin Rabbah(30), Abu Salamah (30), Abu Bakar As-Siddiq (37) dan masih puluhan ribu pemuda yang terlibat dalam aktivitas dakwah menegakkan panji Islam. Seperti Usamah bin Zaid ketika masih dalam usia 18 tahun sudah diamanahi oleh Rasulullah sebagai komandan Pasukan Islam menyerbu kota Syam. Bahkan tidak menyangka dedengkot orang kafir Quraisy Abu Jahal harus rela tewas terkoyak pedang oleh dua orang pemuda masih belia Mu’adz bin Afra dan Muada bin ambru bin al Jamuh ( Musnad Imam Ahmad jilid I/hal. 139 dan Shahih Bukhari no. 3141 dan Shahih Muslim hadist no. 1752).
Merekalah generasi pilihan yang pernah dimiliki oleh Islam. Generasi yang hidupnya didedikasikan hanya untuk kemuliaan Islam. Mereka telah menentukan pilihan hidup dan pilihan itulah yang mengahantarkan keridloan Allah SWT pada mereka. Gelombang Siksaan mereka hadapi dengan sabar. Ketakutan pada api neraka lebih dari segala siksaan dunia yang menerpa. Ya Idealisme itulah yang telah menghantarkan hidupnya untuk Allah dan RasulNya. Allah berfirman :
“ Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh bermacam-macam kebaikan dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. At Taubah :88).
Mereka biasa sedemikian hebatnya dengan teknologi yang bila dibandingkan dengan sekarang jauh lebih modern. Berarti kecanggihan teknologi bukan jaminan keluar dari krisis generasi islam sekarang ini. Bagaimana kita bisa mencetak kembali generasi unggulan sperti mereka? Bukankah kita ingin segera mengakhiri potret kelam generasi ditengah arus kapitalisme global ini?

Kampus Sebagai Basis Perjuangan
Sistem sekuler kapitalistik berimbas pada dunia pendidikan. Hasilnyapun bisa dilihat berupa pendidikan serba materailstik. Keberhasilan pendidikan hanya diukur dengan paramater status sarjana saja but minim akhlag dan jiwa ideologis. Pendidikan materialistik gagal mencetak generasi seutuhnya yang berpola fikir dan berpola jiwa Islami. Jangan heran bila kampus justru sebagai ajang pamer kebebasan berpikir, bertingkah laku, dan berpendapat. Bisa dilihat para koruptor ulung dinegara ini adalah jebolan kampus juga bahkan telah menempuh S6 (SD, SMP, SMA, S1, S2, S3 he he............)
Namun demikian disatu sisi kampus juga mengandung segudang potensi. Bila diibaratkan dengan hamparan ladang yang subur tergantung apa yang ditanam dan siapa yang menanam. Bila ditanamakan ide sosialisme dan kapitalisme di rawat oleh pendukung sosialis dan kapitalis maka panenlah kekuatan sosialis dan kapitalis dikampus. Begitu sebaliknya bila ditanam ide Islam dan didukung oleh pendukung aktivis Islam akan bertebaran opini dan kesadaran Islam di kampus. Begitu strateginya kampus tidak heran bila kampus dijadikan ajang pergolakan ideologi –islam, kapitalisme dan sosialisme-antar pendukung.
Berawal dari pandangan ini sekarang sudah berjamuran Lembaga-lembaga Dakwah Kampus sebagai wadah pengkaderan dan pembentukan kepribadian Islam bagi mahasiswa muslim. Dari sinilalah besar harapan kita kepada lembaga dakwah kampus sebagai sentra alternatif pembinaan umat adan berperan mengusung peradaban Islam sebagai pengganti rezim kapitalisme yang telah membuat kerusakan dan dosa-dosa di dunia ini.

Hanya Satu Kata : Pembinaan
Bagaimanapun juga apa yang dialami generasi muda muslim berupa kebobrokan moral adalah imbas dari kehidupan yang sekuler, tata kehidupan yang tidak diatur berdasarkan hukum Islam. Disamping terjadi kemerosotan yang begitu tajam terhadap pemikiran Islam khususnya pemahaman Islam. Imbasnya Hidup mereka tidak ada bedanya dengan binatang yang diatur hanya dengan nafsu. Tanggapan negatif terhadap Islam merupakan kesalahan yang biasa terjadi. Mahasiswa menganggap kalo mereka mempelajari Islam akan mengganggu studi. Apalagi yang biasa hidup dalam lingkungan permisivisme (serba boleh) dan hedonisme (hura-hura) belajar Islam hanya akan mengekang keinginannya. Batasan halal-haram menjadi mereka anggap sebagai pengebirian kreativitas. Bagi mahasiswi berkerudung dan berjilbab takut gak gaul dan cekak jodohnya.
Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi bila mereka mau duduk mempelajari Islam secara mendalam sebagai ideologi (aqidah yang melahirkan sistem). Bukan Islam dalam tataran ibadah ritual semata.
Ya kuncinya hanya satu pembinaan (tastqif) secara intensif terhadap tsaqofah islam.sebagai pengatur sekaligus pemecah problem hidup mereka. Peran Lembaga Dakwah Kampus maupun lembaga mahasiswa memiliki tanggung jawab besar terhadap pembinaan ini. Disamping pribadi-pribadi muslim senantiasa melakukan kulturisasi ide, pemikiran-pemikran, pendapat-pendapat islam ditengah kehidupan kampus.
Aktivitas itu harus mereka lakukan untuk meraih dua target . Pertama adalah membangun kesadaran Islam dalam diri mahasiswa muslim hingga melahirkan kader-kader yang militan dan berani menanggung berbagai resiko dakwah. Kedua adalah membentuk opini umum yang akan mempengaruhi pola fikir serta trend setter mahasiswa muslim sebagai generasi muda Islam sekaligus menggusur opini yang dilancarkan dari ideologi sesat yang lainnya. Revitalisasi Generasi Muda berawal dari pembinaan ini.
Gagasan diatas telah terbukti dalam sejarah Islam. Lahirnya generasi sahabat seperti dikemukakan diatas adalah buah ketelatenan dan kerja keras Rosulullah dalam pembinaan para Sahabat. Rasul betul-betul membina mereka dengan satu tujuan menyiapkan mereka sebagai pemimpin masa depan, yang akan mengusung peradaban Islam. Andaikan Rasululllah tidak melakukan pembinaan kita bisa bayangkan apa yang bakal terjadi pada dunia ini? Kehancuran!!

Akhirnya............
Mulai saatnya generasi muda membangun dan berbenah diri menapak tilasi perjalanan para generasi awal. Lahirnya generasi unggulan terdahulu berkat pembinaan yang intensif yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. atas mereka. Dari waktu kewaktu ditempa dengan pembinaan penuh kesabaran dengan Islam hingga terbentuk pola fikir dan pola jiwa melahirakan sosok pribadi Islam. Titik tolak inilah yang mampu menaghantarkan mereka sebagai generasi penakluk bangsa-bangsa besar saat itu hingga bersedia bertumpu dan bersimpuh ditelapak kaki kekuasaan Islam yang agung.
Ketika Aqidah Islam telah mengalir dalam darah dan ruang pemikiran generasi muda bergolaklah jiwa mereka untuk bergerak memikirkan urusan umat. Membebaskan umat dari cengkeraman kaum kapitalis durjana. Memerdekakan manusia dari penghambaan manusia dan dunia kepada Pencipta hidup dan mati Allah SWT semata.
Ridlo Allah menjadi makna kebahagiaan hakiki yang terus haus direngguk. Kecintaan melihat Allah di Hari Penghakiman (akhirat) menjadi cita-cita tertinggi. Gemerlap dunia menjadi sangat kecil tak berharga dimata. Ya dapat tersenyum manis dikala manusia menangis karena penyesalan didunia menjadi harapannya. Bidadari surga nan cantik gemulai menjadi idolanya.ehm............
Nah apa yang kau tunggu saudaraku??

“Wahai sekalian orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, maka pasti Dia menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu (QS. Muhammad :7)

0 comments:

 

Home | Blogging Tips | Blogspot HTML | Make Money | Payment | PTC Review

Bergerak Berkali-Kali coz Mati hanya sekali!! © Template Design by Herro | Publisher : Templatemu