Wednesday, September 05, 2007

MENEMUKAN MUTIARA IBADAH SHAUM

بسم الله الرحمن الرحيم


Alhamdulillah, dengan idzin Allah SWT kita telah berada di pertengahan Ramadhan tahun 1428H. Kita memohon kepada Allah SWT agar bisa menyempurnakan shaum tahun ini hingga sebelun penuh. Dan kita memohon semoga kita termasuk orang-orang yang dalam sabda Nabi saw.:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa saja yang melaksanakan ibadah shaum Ramadhan dengan landasan keimanan dan kesungguhan niat mengerjakannya karena Allah, niscaya akan diampuni dosa-dosanya di masa lalu.

Selain itu kita juga menginginkan dapat menggapai segala keberkahan bulan Ramadhan dengan melaksanakan berbagai kewajiban dan amalan sunnah yang pahalanya dilipatgandakan 70 kali dibandingkan dengan pengerjaannya di bulan lain. Juga kita berharap dapat mengoptimalkan semua itu pada malam penuh berkah, lailatul qadar, malam yang lebih mulia nilainya daripada 1000 bulan.

Kita tentu tidak ingin kesempatan emas ini melayang. Juga kita tidak ingin berada di garis minimal, yakni tinggal melaksanakan puasa dan sholat tarawih saja. Apalagi berada di titik nol, yakni puasa dan tarawih pun sia-sia. Ya, kita tidak ingin diri kita termasuk dalam sinyalemen Rasulullah saw. seperti dalam sabdanya:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ

“Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus”.

Na’udzu billahi min dzalik!

Tentu kita tidak ingin ditinggal bulan Ramadhan tahun ini dalam keadaan papa dan rugi sama sekali. Di sinilah kita perlu memahami hakikat ibadah shaum, agar kita faham dan sungguh-sungguh melaksanakan dengan penuh keimanan dan niat ikhlas lillahi ta’ala.

Hakikat Shaum sebagai bagian dari Ibadah

Islam mengajarkan kepada kita bahwa tiadalah tujuan Allah Sang Pencipta ini menciptakan kita selain agar kita beribadah hanya kepada-Nya. Dia SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Ad Dzariyat 56).



Ibadah secara bahasa artinya taat. Dalam konteks hukum syariat Islam, ibadah adalah aktivitas hubungan manusia sebagai hamba (dalam bahasa Arab : abid, jamaknya ibaad) dengan Allah SWT sebagai dzat yang diibadahi (dalam bahasa Arab : ma’buud). Allah SWT sebagai pembuat syariat (dalam bahasa Arab : musyarri’) telah menurunkan hukum-hukum yang sangat rinci tentang ibadah. Kita dapat merujuk pada berbagai kitab fiqih yang membahas masalah-masalah ibadah seperti sholat, zakat, shaum, haji, dan lain-lain. Inilah yang disebut ibadah secara khusus.

Sedangkan secara umum, ibadah adalah taat kepada segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Artinya tatkala seorang muslim mencari nafkah demi ketaatannya melaksanakan kewajiban yang Allah fardhukan kepadanya menafkahi anak istrinya (lihat QS. Al Baqarah 233) hakikatnya dia sedang beribadah. Juga, tatkala seorang muslim berdagang dengan jujur, tidak menipu harga, serta tidak menipu mutu barang, dan ia berdagang dengan visi saling tukar barang/uang dengan saling ridla dan menjauhi memakan harta manusia dengan cara bathil (lihat QS. An Nisa 29 dan berbagai hadits tentang jual beli), pada hakikatnya dia sedang beribadah. Seorang pejabat muslim yang adil, tidak tergoda pada suap dan iming-iming demi keuntungan pihak-pihak tertentu yang menyeretnya kepada segala macam bentuk KKN sehingga melalaikan hak masyarakat umum, maka pada hakikatnya pejabat itu sedang beribadah kepada Allah SWT.

Shaum dalam konteks ibadah secara spesifik memiliki target tertentu, karakteristik tertentu, dan pengaruh tertentu bagi kehidupan seorang muslim.

Target yang mesti dicanangkan saat niat melaksanakan shaum dan hendaknya disadari sepanjang siang dalam melaksanakan ibadah shaum adalah : berharap dengan shaum atau puasa yang dijalankannnya itu dia memiliki kemampuan membentengi diri dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT, seperti berdusta, bersaksi palsu, berzina, berjudi, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, mengambil riba, korupsi, bersekongkol dengan pihak asing menguasai aset negara dan menyengsarakan rakyat, dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(QS. Al Baqarah 183).



Sebagaimana ibadah-ibadah khusus yang lain, shaum memiliki karakteristik tertentu, yaitu: Pertama, ibadah shaum bersifat tauqifiyah alias diterima apa adanya dari Allah SWT melalui Al Quran dan As Sunnah. Kedua, adanya kewajiban shaum tanpa ada illat atau sebab disyariatkannya shaum. Tapi hanya sekedar perintah Allah (lihat QS. Al Baqarah 183,185). Ketiga, shaum dilaksanakan hanya untuk Allah SWT semata, tidak untuk yang lain (lihat QS. Al Kahfi 110). Dalam hadits Qudsi Nabi bersabda: Allah SWT berfirman: “Shaum itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”(HR. Tirmidzi). Keempat, shaum diterima hanyalah manakala dikerjakan hanya dengan ikhlas lilahi ta’ala. Shaum yang dilaksanakan tidak dengan niat ikhlas lilahi ta’ala tidak dihitung ibadah. Kelima, shaum adalah ibadah yang langsung kepada Allah, tanpa perantara. Ketika seorang muslim berlapar-lapar dalam melaksanakan shaum, laparnya itu langsung dihubungkan dan diniatkan untuk Allah SWT. Dengan rasa lapar dan haus itulah dia sedang “online” dengan Allah SWT. Keenam, ibadah shaum itu mudah dilaksanakan. Allah tidak memerintahkan kepada hamba-Nya sesuatu yang tak mampu dilaksanakan. Sebagaimana hukum-hukum ibadah lainnya, dalam pelaksanaan shaum ada rukshoh untuk tidak melaksanakannya bagi orang-orang dengan kondisi-kondisi tertentu. Seorang yang sakit atau bepergian dibolehkan untuk berbuka (lihat QS. Al Baqarah 184).

Mutiara Ibadah Shaum

Ibadah shaum sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, apabila dikerjakan dengan ikhlas dan benar, insyaallah akan memberikan bekas pada diri pelakunya. Seorang muslim yang terlatih dengan shaum akan memiliki sifat lebih sabar, lebih jujur, dan lebih menjaga kesucian dirinya (iffah).

Untuk memahami lebih dalam dari efektivitas ibadah shaum pada kepribadian seorang muslim, maka perlu kita telaah kembali karakter kelima shaum, yakni ibadah yang langsung kepada Allah, tanpa perantara. Ketika seorang muslim berlapar-lapar dalam melaksanakan shaum, laparnya itu langsung dihubungkan dan diniatkan untuk Allah SWT. Dengan rasa lapar dan haus itulah dia sedang “online” dengan Allah SWT.

Kesadaran hubungan langsung “online” dengan Allah SWT ini serta kesadaran bahwa dia adalah hamba Allah SWT yang wajib senantiasa taat kepada-Nya inilah yang akan membuat seorang muslim bisa mengendalikan dirinya.

Saat berpuasa seorang muslim melakukan “imsak”, yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami-istri, dan segala perkara yang membatalkannya. Makan, minum, berhubungan suami-istri di malam bulan Ramadhan diperbolehkan (lihat QS. Al Baqarah 187), juga di siang-malam bulan-bulan yang lain. Namun di saat shaum, seorang muslim menahan diri dari perkara itu hanya karena Allah. Dalam Hadits Qudsi riwayat Abu Harairah r.a. bahwa Nabi bersabda: Allah SWT berfirman:

فَاِنَّهُ لِيْ وَاَنَا اَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ اَجْلِيْ

“Sesungguhnya dia (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku akan membalasnya. Dia (anak Adam) meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku” (HR. Muslim).



Bilamana perkara yang asalnya halal saja bisa ditinggalkan oleh seorang muslim lantaran ketaatannya kepada Allah, apalagi perkara yang asalnya memang diharamkan oleh Allah SWT.

Shaum sebagai ibadah khusus yang bisa dijalankan bersamaan dengan aktivitas-aktivitas lainnya –tidak seperti sholat atau manasik haji yang memerlukan waktu dan tempat yang khusus serta konsentrasi khusus-- shaum pada hakikatnya justru membangkitkan dan memelihara kesadaran hubungan kita dengan Allah SWT. Saat hendak minum atau makan di siang hari bulan Ramadhan, kita sadar bahwa kita sedang shaum, bahwa Allah pasti mengawasi kita, dan bahwa Allah pasti mengetahui bahwa kita sendiri yang membatalkan shaum kita. Saat hendak melakukan suatu bentuk maksiat, kita sadar bahwa kita sedang shaum, bahwa Allah SWT pasti mengawasi kita, bahwa Allah pasti mengetahui bahwa kita sendiri yang membatalkan pahala puasa kita dengan pelanggaran kepada hukum Allah SWT itu. Shaum melatih kita untuk menyadari apa hakikat dan akibat suatu perbuatan yang akan kita lakukan. Kata pepatah: “Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna”.

Juga, shaum memberikan gambaran kepada kita betapa perintah dan larangan Allah SWT wajib dijunjung tinggi. Allah SWT menyatakan bahwa kalau amalan lain dilipatgandakan dari 10 pahala hingga 700 pahala, shaum itu memiliki nilai khusus, yakni untuk-Nya dan Dialah yang akan membalasnya. Sedangkan pelanggaran atas kewajiban shaum, yakni sengaja berbuka tanpa alasan syar’i di siang hari Ramadhan, dosanya besar sekali. Allah gambarkan tak mungkin ditebus sekalipun dengan melaksanakan shaum setiap hari hingga hari kiamat, kalaulah manusia itu mampu melakukannya.

Menjunjung agama Allah SWT yang sempurna (iqomatuddin) adalah pekerjaan seorang muslim selama hayat dikandung badan. Saum melatih kita untuk senantiasa menyadari hal itu dan dapat senantiasa merasakan firman Allah SWT:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Hadid 4).

Khatimah

Mutiara ibadah shaum yang kita peroleh adalah bahwa tiada ajaran dan hukum yang mampu mendorong seorang mengerjakan secara ikhlas dan penuh kesungguhan kecuali ajaran dan hukum Allah SWT. Hukum jahiliyah buatan manusia tak mungkin mampu menggerakkan hati manusia seperti ajaran dan hukum syariah Islam di bulan Ramadhan ini.

Semoga kita pun semakin terdorong untuk menegakkannya di bulan lain secara kaffah di zaman yang sudah begini rusak ini. Apalagi dalam suatu hadits Rasul dikatakan bahwa siapa saja yang menghidupkan sunnah beliau saw. pada saat kondisi umatnya rusak, akan diberi pahala 100 orang yang mati syahid. Jika kita bertekad mulainya di bulan Ramadhan Mubarak ini, sungguh keberuntungan yang besar! Allahu Akbar!

0 comments:

 

Home | Blogging Tips | Blogspot HTML | Make Money | Payment | PTC Review

Bergerak Berkali-Kali coz Mati hanya sekali!! © Template Design by Herro | Publisher : Templatemu